Lesunya Sepak Bola Eropa & Stagflasi
Setali tiga uang dengan Portugal, yang tak disangka-sangka tumbang oleh Timnas yang boleh dikata sebagai tim _underground._ Di luar tim-tim mainstream
Bidiknews24.com, Jakarta - Rata-rata Tim Eropa kelas kakap, lintang pukang dalam perhelatan FIFA World Cup 2022. Inggris dengan disiplin kick and rush di lapangan yang lebih maju dibanding sebelumnya, akhirnya dipecundangi Prancis dini hari tadi (11/12).
Setali tiga uang dengan Portugal, yang tak disangka-sangka tumbang oleh Timnas yang boleh dikata sebagai tim underground. Di luar tim-tim mainstream. Bukan sekedar adagium bola itu bulat, tapi membutuhkan sudut pandang lain.
Soal skill sepak bola individu dan tim bukan variabel tunggal, tapi ini sebagai contagion effect dari stagflasi yang melanda Eropa. Investasi pemerintah dan swasta di industri sepak bolanya lesu. Itulah kenyataannya yang tak bisa disangkal.
Fenomena klub-klub raksasa di Eropa memangkas gaji para pemainnya, adalah contoh yang nyata. Bahwa investasi dan likuditas di industri sepak bola Eropa juga mengalami slow-down.
Kekeringan likuiditas disertai inflasi yang menjulang di atas sasaran otoritas, membuat negara-negara kakap di Eropa itu kurang daya. Belanja dan investasi pemerintah seret.
Inilah skenario fiskal, melakukan kebijakan kontraktif kala ekonominya over heating atau kepanasan dengan inflasi yang melesat. Efek rambatnya memang menurunkan investasi pemerintah dan swasta.