Korban Penganiayaan Anak Pejabat Pajak Alami Diffuse Axonal Injury

Korban Penganiayaan Anak Pejabat Pajak Alami Diffuse Axonal Injury
Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas (twitter/@YaqutCQoumas)

BidikNews24.com, Jakarta - David Latumahina (17), anak Kader GP Ansor yang dianiaya oleh Mario Dandy Satrio (20), mengalami diffuse axonal injury. David hingga kini masih terbaring di rumah sakit dan dirawat secara intensif. 

Apa itu Diffuse Axonal Injury (DAI)?

Diffuse axonal injury masuk dalam kategori cedera otak traumatis (traumatic brain injury/TBI). Cedera otak yang satu ini mengacu pada pemotongan serabut saraf penghubung panjang yang ada di otak atau axon.

Dilansir hopkinsmedicine.org , cedera otak traumatis (TBI) terjadi ketika serangan fisik eksternal yang tiba-tiba merusak otak. Ini adalah salah satu penyebab paling umum kecacatan dan kematian pada orang dewasa.

TBI adalah istilah luas yang menggambarkan beragam cedera yang terjadi pada otak. Kerusakan bisa fokal (terbatas pada satu area otak) atau difus (terjadi di lebih dari satu area otak). Tingkat keparahan cedera otak dapat berkisar dari gegar otak ringan hingga cedera parah yang menyebabkan koma atau bahkan kematian.

Diffuse Axonal Injury adalah robekan serabut saraf penghubung panjang otak (akson) yang terjadi saat otak cedera saat otak bergeser dan berputar di dalam tulang tengkorak. DAI biasanya menyebabkan koma dan cedera pada berbagai bagian otak. Perubahan di otak seringkali mikroskopis dan mungkin tidak terlihat pada pemindaian computed tomography (CT scan) atau magnetic resonance imaging (MRI).

Dampak dari Diffuse Axonal Injury (DAI)

Beberapa cedera otak ringan, dengan gejala yang hilang seiring waktu dengan perhatian yang tepat. Lainnya lebih parah dan dapat mengakibatkan cacat permanen. Hasil jangka panjang atau permanen dari cedera otak mungkin memerlukan pasca-cedera dan mungkin rehabilitasi seumur hidup.

Penyembuhan Diffuse Axonal Injury (DAI)

Dalam hal pengobatannya, DAI punya teknis yang mirip dengan cedera kepala lainnya. Namun, tujuan perawatan atau pengobatannya hanya untuk membuat pasien stabil dan mencegah kerusakan otak semakin parah.

Setelah perawatan darurat, seseorang mungkin memerlukan obat-obatan dan pembedahan untuk membantu mengendalikan gejalanya. Mereka mungkin juga memerlukan rehabilitasi.

Penanganan tersebut akan bergantung pada tingkat cedera yang dialami pasien. Pasien kemungkinan perlu mempelajari kembali banyak kemampuan sehari-hari, seperti cara berjalan dan berbicara.

Sejumlah kecil dari pasien DAI parah bisa mendapatkan kembali kesadaran mereka dalam tahun pertama setelah cedera. Saat sudah sadar dan stabil, program terapi komprehensif dari tim rehabilitasi cedera otak dapat membantu memulihkan kualitas hidup pasien.

(Archa Anugerah/BN24)